Ilustrator dan Kesehatan Jiwa

001_Kesehatan_Jiwa.png


Artikel ini gratis, tapi dukungan kamu akan sangat membantu kami! :)

DISCLAIMER : DILARANG SELF DIAGNOSE KARENA SANGAT BERBAHAYA.

Self Diagnose adalah mendiagnosis diri sendiri mengidap sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan diri sendiri atau informasi yang didapatkan secara mandiri. Saat melakukan self-diagnosis, sebenarnya kamu sedang berasumsi seolah-olah kamu mengetahui masalah kesehatan yang dialami. Self Diagnose dilarang karena apa yang kita percayai akan membentuk perilaku kita dan itu menjadi sebuah sugesti. Padahal bisa saja sebelumnya baik-baik saja tapi karena kita self diagnose, kita malah tersugesti menunjukkan gejala-gejala yang dapat dikaitkan degan masalah psikologis.

“Karena menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik kita….”

Kenapa kesehatan mental harus dijaga?

Karena menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik kita. Kesehatan mental mempengaruhi fisik, kesehatan mental dan pikiran kita serta akan mempengaruhhi juga ke kehidupan dan hubungan sosial kita.

Apa sih ciri-ciri orang yang sehat secara mental ?

- Bisa menghadapi segala masalah secara positf
Seseorang tetap bisa menghadapi segala masalah secara postif dan dengan pikiran yang jernih. Fokus pada penyelesaian masalah.

- Tidak melarikan diri dari masalah, tapi berani menghadapinya
Seseorang yang sehat secara mental tidak melarikan diri dari masalah dan tanggung jawabnya. Ia malah menghadapinya dengan berani karena Ia tau itu adalah tanggung jawab yang harus dia selesaikan.

- Tetap bisa produktif
Walaupun seseorang sedang memiliki banyak masalah, hal itu tidak akan mempengaruhi kinerjanya dalam bekerja. Ia tetap mampu bekerja dengan baik dan fokus.

Cara menjaga kesehatan mental :

I HAVE, I AM, I CAN

I HAVE: Kita tahu punya support yang kita perlu (lingkungan/teman/keluarga).
I AM: kita tahu jati diri kita (kita berharga, kita diperlukan, kita ada nilainya)
I CAN: kita tahu cara menyelesaikan masalah, entah sendiri, lewat bantuan teman, atau bantuan profesional Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar. Bila di titik I HAVE (lingkungan) kita kurang tercukupi, semisal lingkungan kita toxic entah itu dari teman atau keluarga, itu akan terasa sangat berat untuk menjaga kesehatan mental kita. Karena lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam kehidpan kita.

Karena kesehatan mental adalah tanggung jawab bersama, bukan individu

Tanpa dukungan yang positif dari lingkungan, akan sulit bagi individu untuk berjuang sendiri untu kesejahteraan mentalnya. Kita sudah dewasa, kita sudah bisa memilih lingkungan sendiri, lebih bebas. Bila saat ini kalian memiliki lingkungan yang toxic atau kurang supportif, kalian bisa cari dan memilih sendiri lingkungan yang lain yang menunjang kehidupan kalian. Dengan bergabung di komunitas atau klub yang berisikan orang-orang yang memiliki positive vibes.

Semua Orang Berhak Bahagia! Tapi, bagaimana caranya?

  • Memiliki hobi yang memperbolehkan kita untuk bebas berekspresi secara positif.
    Carilah komunitas yang mendukung hobi kamu sehingga kamu memiliki support system saat menekuni hobi kamu.

  • Membatasi diri dari hubungan yang toxic (teman/pacar/gebetan/dll)

  • Berolahraga
    Olahraga dapat menjaga kesehatan mental karena dengan berolahraga, kita mengeluarkan toxin yang berada di dalam tubuh. Olahraga tidak hanya menyegarkan badan saja, tetapi juga menyegarkan pikiran kita.

  • Beribadah dan terlibat dalam aktivitas pelayanan Sebagaimana meluangkan waktu untuk aktivitas positif lainnya dapat membantu diri kita merasa tenang dan berharga. Ibadah juga dapat meningkatkan kualitas tersebut, namun hubungannya bukan sebab akibat.

“Jangan membandingkan karya kamu dengan karya orang lain…”

Insecure dalam berkarya, bagaimana ya cara mengatasinya?

Jangan membandingkan karya kamu dengan karya orang lain dengan yang lebih tinggi atau yang sudah profesional. Bila hal ini dapat memotivasi kamu untuk semakin berkarya lebih baik maka tidak apa-apa. Namun, jika efek yang terjadi malah sebaliknya (membuat kamu menjadi down dan insecure), sebaiknya tidak usah dilakukan.

Bila perlu untuk melakukan perbandingan, coba bandingkan dengan karya-karya kamu yang dulu dengan sekarang, agar tahu progress kamu sudah sampai mana, apresiasi progress juga penting, tidak hanya hasil akhir saja.

Segera cari bantuan profesional (psikolog) bila merasa masalah yang anda alami terasa cukup berat bagi diri sendiri dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Sudah mencoba untuk mengatasinya sendiri namun belum berhasil? Sedangkan keluarga atau teman sudah tidak dapat membantu kembali? Sepertinya memang saatnya untuk kamu mencari bantuan professional untuk melewati fase-fase ini.

Step yang harus diperhatikan bila ingin ke psikolog :

  • Sadari masalah kita secara spesifik terkait masalah apa ( pasangan/ pendidikan/ pekerjaan/ anak/ pertamanan).

  • Cari psikolog yang fokus ke masalah anda (karena setiap psikolog memiliki fokus yang berbeda-beda. Ada psikolog yang fokus hanya di karir, hubungan, self-improvement, dsb.) .

  • Kenali personalitas psikolog (contoh, cari tahu dari seminar/webinar, instagram atau blog pribadi psikolog, analisa cara menulis caption, atau social media handle-nya) untuk memprediksi kecocokan kita dengan psikolog.

Lalu, Apa sih perbedaan Konselor - Psikolog - Psikiater ?

  • Konselor
    Dapat melakukan konseling terkait masalah kesehatan mental, membantu klien melihat masalah dari sudut pandang orang ketiga, tapi tidak dapat memberikan diagnosa atau terapi psikologis

  • Psikolog
    Dapat memberikan konseling, diagnosa, dan terapi pikiran juga terapi perilaku.

  • Psikiater
    Dapat memberikan konsultasi, diagnosa, serta terapi menggunakan obat-obatan.

Previous
Previous

Ilustrator, Bukan Perancang Grafis, Bukan Perupa

Next
Next

UX Illustrator: Kamu Tahu Ini, Tapi Baru Dengar Tentang Profesi ini.